Rabu, 14 Oktober 2015

Teknologi Budidaya Jagung


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Jagung (Zea Mays) merupakan salah satu komoditas yang terpenting kedua setelah padi. Komoditas ini menyumbang PDB paling besar kedua setelah padi. Hal ini dikarenakan jagung memiliki kandungan karbohidrat yang dapat digunakan sebagai alternatif diversifikasi makanan. Selain itu, jagung memiliki banyak potensi-potensi lainnya untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak maupun bahan baku industri. Pipilan jagung dapat digunakan untuk konsumsi sehari-hari maupun bahan baku industri pangan. Daun, batang, kelobot, tongkol dapat digunakan sebagai bahan pakan maupun pemanfaatan yang lainnya.
Prospek pasar jagung baik di pasar domestik maupun dunia masih sangat cerah. Permintaan jagung diperkirakan akan terus meningkat mengingat kegunaan jagung yang sangat potensial, perkembangan industri yang semakin pesat, dan perkembangan peternakan yang semakin luas. Apabila peluang ini dimanfaatkan oleh pemerintah, maka peningkatan permintaan jagung dapat berimbas baik pada perekonomian Indonesia. Akan tetapi,  peningkatan permintaan jagung dunia ini rupanya masih belum diimbangi oleh produksi jagung di Indonesia.
Pengusahaan produksi jagung di Indonesia masih belum bisa memenuhi kebutuhan domestik walaupun jagung merupakan komoditas yang menyumbang PDB terbesar kedua setelah padi. Pengusahaan produksi jagung ini masih terbentur oleh beberapa masalah yaitu 1) penggunaan bibit unggul, baik hibrida maupun bersari bebas, yang berdaya hasil tinggi masih terbatas, 2) masih banyak petani yang menggunakan jarak tanam yang tidak tepat pada usaha tani padi di lahan sawah, serta 3) pemupukan yang pada umumnya belum disesuaikan dengan kebutuhan hara tanah dan spesifikasi lokasi.
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah melakukan upaya peningkatan produksi jagung. Upaya peningkatan produksi jagung merupakan konsentrasi kedua pemerintah setelah upaya peningkatan produksi padi. Pemerintah melakukan peningkatan produksi jagung melalui yaitu melalui dua cara yaitu intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara melakukan Pengelolaan Tanaman Terpadu, sedangkan ekstensifikasi dilakukan dengan cara melakukan pembukaan lahan baru.
Penggunaan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu) sesuai dengan strategi pembangunan ekonomi Indonesia berbasis agribisnis yang diprogramkan pemerintah, yaitu merancang pertanian yang berkelanjutan. PTT merupakan tehnik untuk meningkatkan produktivitas tanaman yang berkaitan dengan ketersediaan sumber daya alam maupun manusia sehingga bersifat spesifik lokasi dan berkelanjutan. Dengan demikian, mempelajari lebih lanjut tehnik produksi jagung oleh mahasiswa dapat sangat berguna bagi mahasiswa karena peranan komoditas jagung yang sangat luas bagi kemajuan Indonesia.

1.2  Tujuan
1.       Mahasiswa dapat memahami dan menerapkan prinsip teknik produksi jagung
2.       Melatih keterampilan mahasiswa dalam menganalisa komponen teknologi produksi jagung


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Jagung merupakan komoditas pertanian yang mendapat perhatian khusus di Indonesia sebab menjadi bahan makanan pokok kedua setelah beras (Gonggo dkk., 2004). Tidak hanya di Indonesia, ternyata jagung juga menjadi komoditas yang diutamakan di dunia. Jagung adalah makanan dan tanaman pangan terpenting di dunia karena menyediakan kandungan karbohidrat, protein, dan mineral (Ogunniyi, 2011 dalam Mwololo, 2013). Menurut Mwololo (2013), di Africa, jagung banyak diusahakan di pertanian berskala kecil untuk digunakan sebagai makanan manusia maupun pakan ternak. Hal yang sama juga terjadi di Nigeria. Menurut Oladejo (2013), banyaknya petani yang menanam jagung di Nigeria menunjukkan bahwa tanaman jagung salah satu tanaman serelia yang penting untuk dibudidayakan. Alasannya adalah karena jagung memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Pipilan jagung, daun, batang, tongkol, dan bagian jagung lainnya dapat digunakan sebagai bahan baku pangan dan bahan baku nonpangan (IITA, 2001 dalam Oladejo, 2013).
Menurut BPPD Kaltim (Tanpa tahun), Jagung sebagai bahan pangan yang mengandung 70 persen pati, 10% protein, dan 5% lemak mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi beragam macam produk. Produk turunan potensial yang bisa dihasilkan dari komoditas jagung disajikan pada bagan dibawah.
Permintaan yang terus meningkat terhadap jagung diakibatkan karena potensi jagung yang sangat luas. Namun nyatanya tingginya permintaan jagung tidak dapat diikuti dengan peningkatan produksi jagungnya. Menurut Mubarakkan (2012), hingga akhir 2010, impor jagung mencapai 2,5 juta ton dari kebutuhan 5,5 juta ton atau meningkat 65% dari tahun2009. Namun hingga saat ini produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan domestik yang mencapai 11 juta ton/tahun.
Menurut Kanakadurga dkk. (2012), diantara jenis-jenis jagung, jagung manis memiliki pasar yang paling besar dan variasi yang banyak sehingga nutrisinya bermacam-macam. Hal serupa juga disebutkan Marvelia (2006), tanaman jagung manis atau sweet corn merupakan jenis jagung yang belum lama dikenal dan baru dikembangkan di Indonesia. Sweet corn semakin popular dan banyak dikonsumsi karena memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan jagung biasa. Selain itu umur produksinya lebih singkat (genjah) yaitu 70 – 80 hari sehingga sangat menguntungkan (Anonim, 1992 dalam Maervelia, 2006).
Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang mempunyai batang berbentuk bulat, beruas-ruas dan tingginya antara 60 – 300 cm. Tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi (ketinggian 0-1.300 m dpl). Curah hujan yang optimal adalah antara 85 – 100 mm/bulan dan turun merata sepanjang tahun (BPPMD Kaltim, tanpa tahun). Dengan penerapan teknologi usahatani jagung spesifik lokasi, meliputi penggunaan varietas unggul jagung bersari bebas atau hibrida, perbaikan cara tanam, pemupukan dengan cara dan dosis yang tepat, pengelolaan tanah sesuai kondisi lahan, pengendalian hama dan penyakit memberikan peluang untuk meningkatkan produktifitas jagung yang cukup tinggi (Wirawan dan Wahab, 1996). Hal yang serupa juga diutarakan Idris dan Mohammed (2012), bahwa produksi jagung yang sukses tergantung pada pemilihan aplikasi pemeliharaan tanaman jagung yang tepat sehingga dapat menyokong lingkungan sekaligus produksi pertanian.
Pemeliharaan tanaman jagung meliputi kegiatan penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pembumbunan, pengairan dan pemupukan. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau mati, dilakukan 7-10 hari setelah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman (BPPMD KALTIM, tanpa tahun).
Dalam usaha peningkatan produksi, penggunaan varietas unggul sangat dianjurkan karena memiliki potensi panen yang lebih banyak daripada varietas lokal. Beberapa varietas unggul dapat digunakan sebagai alternatif. Untuk daerah-daerah tertentu yang lebih menyukai varietas lokal karena alasan rasa dan umur panen, varietas lokal masih dapat ditanam tetapi cara budidaya-nya harus diperbaiki (Wirawan dan Wahab, 1996).
Cara tanam diusahakan dengan jarak yang teratur, baik dengan ditugal maupun mengikuti alur bajak. Populasi tanaman optimal berkisar antara 62.500 - 100.000 tanaman/ha, dengan jarak tanam 75 cm x 40 cm, 2 tanaman /lubang atau 75 cm x 20 cm,1 tanaman/lubang. Untuk varietas lokal pada musim penghujan jarak tanam 75 cm x 30 cm,2 tanaman/lubang. Untuk jagung hibrida, jarak tanam 75 cm x 20 cm, 1 tanaman/lubang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil produksi yang lebih baik. Penanaman dapat juga dilakukan dengan sistem dua baris (double row), yaitu jarak tanam (100 cm x 50 cm) x 20 cm dengan 1 tanaman/lubang (BPPMD KALTIM, tanpa tahun).
Selain itu, jagung membutuhkan unsur hara makro dan mikro untuk pertumbuhannya. Menurut Nurdin (2008), unsur hara makro yang essensial untuk jagung antara lain nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Sutoro et al. (1988 dalam Nurdin, 2008) pernah melaporkan bahwa pupuk N sangat dibutuhkan jagung pada tanah dengan kadar N-total kurang dari 0,4%. Selanjutnya jagung memberikan respons terhadap pupuk apabila kadar P-tersedia dalam tanah kurang dari 87,32 mg.kg-1. Sedangkan tanah dengan kadar K-dd kurang dari 0,43cmol.kg-1 tanah, jagung perlu dipupuk .
Pemupukan memberikan berbagai rangsangan kepada tanaman untuk tumbuh dengan baik. Menurut Gumeleng (2003 dalam Nurdin, 2008) melaporkan bahwa waktu pembungaan sering dapat dipercepat 3-10 hari dengan pemberian pupuk. Selanjutnya Polakitan et al. (2004 dalam Nurdin, 2008) melaporkan bahwa jika tanaman kahat hara P, maka gejala yang ditunjukkan yaitu daun mengalami klorosis, ujung daun mengalami nekrosis, serta warna daun dan batang menjadi unggu pada bagian-bagian tanaman. Mamonto (2005 dalam Nurdin, 2008) juga melaporkan bahwa pupuk NPK sangat dibutuhkan untuk merangsang pembesaran diameter batang serta pembentukan akar yang akan menunjang berdirinya tanaman disertai pembentukan tinggi tanaman pada masa penuaian atau masa panen. Di samping itu, faktor cahaya matahari yang tidak merata karena ternaungi menyebabkan pertumbuhan tinggi tanaman terhambat.


BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Teknologi Produksi Tanaman untuk acara Teknologi Produksi Budidaya Jagung (Zea mays) dilakukan pada hari Sabtu tanggal 27 September 2014 pukul 15.00 WIB sampai dengan tanggal dipanennya tanaman jagung di lahan Agrotekno Park Jubung. 

3.2. Bahan dan Alat
3.2.1 Bahan
1.   Benih jagung hibrida dan non hibrida
2.   Pupuk kandang atau kompos
3.   Pupuk Urea, SP-36, KCl
4.   Pestisida
3.2.2 Alat
1.   Cangkul
2.   Roll meter
3.   Tali rafia
4.   Papan nama
5.   Ajir
6.   Timba
7.   Cetok
8.   Timbangan
3.3 Cara Kerja
1.     Menyiapkan lahan dengan membersihkan tanah dari sisa-sisa tanaman dan gulma, lalu tanah diolah secara intensif dengan membajak/mencangkul sedalam 15-20 cm sebanyak 2 kali, diratakan dan dibuat saluran drainase.
2.       Melakukan penanaman sesuai dengan kelompok masing-masing dan dengan benih yang telah ditentukan (Hibrida atau non hibrida) serta memperhatikan jarak yang digunakan 75 x 20 cm atau 75 x 40 cm.
3.     Memelihara tanaman meliputi penyulaman, pemupukan, pengairan, penyiangan, pembubunan, dan pengendalian hama dan penyakit.
4.     Melakukan penjarangan setelah 1 minggu setelah tanam, disisakan sesuai dengan perlakuan
5.     Memupuk menggunakan Urea, KCL,  dan SP 36 dengan dosis masing-masing 250 kg/ha, 75 kg/ha dan 50 kg/ha. Seluruh SP 36 dan KCL serta sepertiga bagian urea diberikan saat tanam, sepertiga lagi urea diberikan saat tanaman berumur 4 minggu, dan sisa urea sepertiga bagian diberikan saat tanaman berumur 6 minggu.
6.     Setelah benih ditanamkan, melakukan pengairan dengan penyiraman secukupnya, kemudian setelah berbunga diperlukan air yang lebih banyak.
7.     Melakukan penyiangan setelah tanaman berusia 15 hari setelah tanam dan dilakukan setiap 2 minggu sekali.
8.     Melakukan pembubuan bersamaan dengan penyiangan pertama untuk memperkokoh posisi batang tanaman yang dilakukan saat tanaman berusia 6 minggu selama tanam, bersamaan dengan kegiatan pemupukan.
9.     Melalukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan hama dan penyakit yang ada.
10.  Memanen pada umur 90-100 hari setalah tanam.


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Kelompok
Varietas
Jarak Tanam
Minggu Ke-
Parameter Pengamatan
Rata2 Jumlah Daun
Rata2 Tinggi Tanaman
1
Hibrida
75 x 20 cm
1
2,28
5,71
2
4,89
21,35
3
8
44,42
4
10,6
81,89
5
13,1
119,1
6
15,2
162,4
Rata-Rata
9,01
72,48
3
75 x 40 cm
1
1,2
2,8
2
3,1
11,8
3
5,9
25,5
4
8,2
52,1
5
11,5
79,7
6
25,2
115,2
Rata-Rata
9,18
47,85
2
Non Hibrida (Lokal)
75 x 20 cm
1
1,57
5,85
2
4,64
22,62
3
7,11
47,3
4
9,66
73,55
5
16,61
108,66
6
11,22
144,94
Rata-Rata
9,36
67,15
4
75 x 40 cm
1
1,5
6,99
2
5,6
23,6
3
9,16
44,2
4
13,6
78
5
13,1
123,6
6
16,5
150,6
Rata-Rata
9,91
71,16

4.2 Pembahasan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa parameter yang diamati adalah jumlah anakan daun dan tinggi tanaman dengan variabel bebas jarak tanam dan kualitas benih. Rata-rata jumlah daun tanaman jagung varietas hibrida jarak tanam 75 x 20 dan 75 x 40 mengalami pertumbuhan yang signifikan walaupun tetap terdapat perbedaan. Pada varietas tanaman hibrida, tanaman jagung yang ditanam dengan jarak tanam lebih renggang atau 75 x 40 menunjukkan pertumbuhan yang baik pada minggu terakhir, dapat dilihat dari jumlah rata-rata daun yang tumbuh pada minggu tersebut sebanyak 25,2 helai. Sedangkan tanaman jagung yang ditanam dengan jarak tanam 75 x 20 memiliki jumlah daun yang lebih sedikit yaitu sebanyak 15,02 helai pada minggu ke 6.
Rata-rata jumlah daun pada varietas non hibrida mengalami pertumbuhan yang tidak stabil. Pada minggu ke empat, rata-rata jumlah daun tanaman jagung yang ditanam pada jarak 75 x 40 meningkat akan tetapi pada minggu berikutnya menurun dan kembali meningkat pada minggu terakhir. Sedangkan rata-rata jumlah daun pada tanaman jagung yang ditanam dengan jarak 75 x 20 mengalami peningkatan sampai minggu ke 5 dan menurun pada minggu ke 6. Penurunan yang terjadi pada varietas non hibrida terjadi dikarenakan layu dan kering.
Perbandingan rata-rata tinggi tanaman pada varietas Hibrida dengan jarak tanam 75 x 40 cm dan 75 x 20 cm terlihat sangat nyata. Keduanya mengalami progres yang signifikan. Tanaman jagung varietas hibrida yang ditanam dengan jarak 75 x 20 cm memiliki rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 75 x 40 cm yaitu sebesar 72,48 cm. Pada varietas non hibrida, jagung yang ditanam dengan jarak tanam 75 x 40 cm memiliki rata-rata tinggi tanaman yang lebih tinggi daripada jagung dengan jarak tanam 75 x 20 cm yaitu sebesar 71,1 cm.
Dari tabel dibawah, dapat disimpulkan bahwa rata-rata jumlah daun terbanyak dimiliki oleh tanaman jagung yang mendapatkan perlakuan jarak tanam 75 x 40 cm pada varietas non hibrida maupun hibrida. Rata-rata tinggi tanaman paling tinggi dimiliki oleh tanaman jagung dengan perlakuan jarak tanam 75 x 20 pada varietas hibrida, dan jarak tanam 75 x 40 cm pada varietas non hibrida.
Rata2
 

Grafik 1. Grafik Rata-Rata Jumlah Daun pada Varietas Hibrida
Rata2
 

Grafik 2. Grafik Rata-rata Jumlah Daun pada Varietas Non-Hibrida


Grafik 3. Grafik Rata-Rata Tinggi Tanaman pada Varietas Hibrida
Rata2
 

Grafik 4. Grafik Rata-Rata Tinggi Tanaman pada Varietas Non-Hibrida
Faktor yang menyebabkan pertumbuhan jagung terhambat adalah kurangnya air. Air menjadi salah satu faktor penentu yang sangat penting dalam pertumbuhan tanaman jagung. Air sangat diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan jagung. Saat air yang dibutuhkan tanaman jagung ini kurang, dalam sekejap tanaman jagung akan menjadi layu. Akan tetapi, tanaman jagung merupakan tanaman yang hanya membutuhkan kadar air sedikit dalam siklus pertumbuhannya. Sehingga pemberian air tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak.
Selain itu, air merupakan hal pokok dalam melakukan berbagai kegiatan seperti pebelahan sel, perkembangan tanaman dan lain-lain. Usaha untuk meningkatkan produksi tanaman terutama tanaman jagung memerlukan air yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung.. Air didapat tanaman jagung dari dalam tanah melalui bulu-bulu akar tanaman. Masuknya air ke dalam akar melalui proses difusi yang terjadi pada sel akar tanaman. Akar tanaman jagung dapat mencapai panjang 25 cm sehingga dalam mencari sumber air tanah lebih efektif. Untuk tanaman jagung tanah yang paling bagus digunakan adalah tanah yang memiliki ketersedian air yang cukup selama pertumbuhan tanaman dan memiliki aerasi yang cukup.
Beberapa keunggulan yang dapat dilihat dari pertumbuhan tanaman jagung dengan menggunakan benih hibrida adalah tanaman yang tumbuh terlihat lebih subur, segar dan daunnya tidak mudah diserang oleh hama dan penyakit. Beberapa keunggulan ini dikarenakan benih hibrida yang digunakan memang memiliki sifat yang demikian. Sedangkan kelemahan benih hibrida adalah mahal. Dan dari perkembangan tanaman yang diamati, pertumbuhan tanaman benih hibrida tidak terlalu signifikan. Ketika dibandingkan dengan penggunaan benih lokal, tanaman jagung yang menggunakan benih hibrida memiliki tinggi yang lebih kecil. Akan tetapi diharapkan tinggi tanaman jagung varietas hibrida ini diharapkan akan membawa dampak baik bagi perkembangan generatifnya.
Keunggulan menggunakan benih jenis lokal adalah harganya terjangkau oleh petani. Dengan menggunakan benih jenis lokal, petani tidak perlu mengeluarkan biaya pembelian bibit terlalu banyak. Akan tetapi kelemahan benih jenis lokal adalah produktivitasnya yang rendah. Jagung varietas non hibrida/lokal memiliki fase vegetatif yang lebih lama, artinya sebagian banyak hasil fotosintetis digunakan untuk fase vegetatif daripada fase generatifnya. Selain itu, benih varietas non hibrida sangat rentang terhadap penyakit dan hama sehingga hasilnya buruk.
Agar produktivitas jagung petani meningkat, maka diharapkan petani menggunakan benih bersertifikat dan hibrida atau unggulan. Akan tetapi penggunaan benih bersertifikat dan unggulan itu juga harus disertai tehnik budidaya yang benar. Segala kebutuhan tanaman harus tercukupi agar dapat tanaman dapat tumbuh dan berproduksi dengan optimal

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1.     Rata-rata jumlah daun terbanyak dimiliki oleh tanaman jagung yang mendapatkan perlakuan jarak tanam 75 x 40 cm pada varietas hibrida maupun non hibrida yaitu sebesar 9,18 cm dan 9,91 cm. Rata-rata tinggi tanaman paling tinggi dimiliki oleh tanaman jagung dengan perlakuan jarak tanam 75 x 20 pada varietas hibrida, dan jarak tanam 75 x 40 cm pada varietas non hibrida. Masing-masing memiliki rata-rata tinggi sebesar 72,48 cm dan 71,1 cm.
2.     Keunggulan menggunakan benih hibrida adalah tanaman lebih sehat dan tidak mudah terkena penyakit akan tetapi harga benih hibrida lebih mahal. Sedang keunggulan menggunakan benih lokal adalah lebih murah akan tetapi produktivitas rendah.

5.2  Saran
Perlu diketahui lebih dalam tentang pengaruh jarak tanam terhadap tinggi tanaman jagung.


DAFTAR PUSTAKA
Mubarakkan dkk. 2012. Produktivitas dan Mutu Jagung Hibrida Pengembangan dari Jagung Lokal pada Kondisi Input Rendah sebagai Sumber Pakan Ternak Ayam. Naturalis, 1 (01) : 67-74
Gonggo dkk. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Jagung pada Lahan Gambut dengan Penerapan Teknologi Tampurin. Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia, 6 (1) : 14-21
Nurdin dkk. 2009. Pertumbuhan dan Hasil Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara Kabupaten Gorontalo. Tanah Trop. 14 (1) : 49-56
Mwlolo et al. 2013. Evaluation of Traits of Resistance to Potharvest Insect Pets in Tropical Maize. IJACS, 6 (13) : 926-933
Oladejo, J.A. 2013. Comparative Analysis of Factor Influencing Quantity of Maize Marketed among Agricultural Households in Oyo and Osun States, Nigeria. European Journal of Agriculture and Foresty Research, 1 (1) : 1-16
Idris, E. A., dan Mohammed, H. I. 2012. Screening Maize (Zea Mays L.) Genotypes by Genetic Variability of Vegetative and Yield Traits Using Compromise Programming Technique. British Biotechnology, 2 (2) : 102-114
BPPMD KALTIM. Tanpa tahun. Budidaya Tanaman Jagung Terintegrated dengan Industri Pakan Ternak. Kaltim : BKPM
Wirawan G.N. dan Wahab M.I. 1996. Rakitan Paket Teknologi untuk Mendukung Program Peningkatan Produksi Jagung di Jawa Timur. Wonocolo: IPPT Wonocolo
Kanakadurga, K., et all. 2012. Influence of Planting Methods, Spacing, and Fertilization on Yield and Quality of Sweet Corn. Maize, 1 (2) : 121-113
Marvelia A. dkk., 2006. Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea Mays L. Saccharata) yang Diperlakukan dengan Kompos Kascing dengan Dosis yang Berbeda. Anatomi dan Fisiologi, 14 (2) : 7-18

1 komentar:

  1. Betway Casino & Hotel - MapyRO
    Betway Casino & Hotel 파주 출장마사지 - Find 논산 출장샵 out where to stay closest to Betway 전주 출장마사지 Casino & Hotel in 고양 출장마사지 WV. We have 4 restaurants and 안양 출장샵 a restaurant on site.

    BalasHapus