BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian dalam
bidang pertanian. Sumber daya alam yang sangat melimpah, sehingga sangat memungkinkan
untuk terus di tingkatkan. Ketahan pangan di Indonesia sangat perlu di
tingkatkan, melihat kondisi penduduk Indonesia yang terus meningkat dan luas
lahan pertanian yang terus berkurang karena di pergunakan oleh manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan pangan yang terus meningkat harus di
imbangi dengan jumlah bahan pangan yang ada, sehingga tidak perlu adanya impor
bahan pangan dari negara lain.
Pertanian
merupakan sektor utama yang perlu di tingatkan.Peningkatan tersebut harus di
ikuti dengan implementasi teknologi kepada para petani agar dalam proses
budidayanya akan lebih maksimal. Peran pemerintah dalam membantu para petani di
Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap petani. Dengan adanya pengarahan
dari para penyuluh kepada setiap petani yang dapat merubah pola pikir serta
dapat menerapkan teknologi – teknologi baru dalam suatu proses budidayanya,
pasti akan dapat meningatakan produksi bahan pangan di Indonesia.
Tanaman
padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, meskipun ada tanaman pangan
yang lai n namun padi sudah menjadi bahan pangan pokok setiap penduduk
Indonesia. Dalam pembudidayaan padi ada beberapa tahapan yang harus di lakukan
dengan baik untuk mendapatakan hasil yang sempurna. Tahapan budidaya tersebut
diantarnya adalah pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, perwatan, dan
pemanenan. Pembibitan merupakan tahap awal dalam budidaya tanaman padi. Kesalahan
dalam penggunaan bibit akan membawa implikasi terhadap ketidak seragaman
pertumbuhan tanaman, yang akhirnya akan berdampak terhadap penurunan kualitas
dan hasil panen yang diperoleh. Ada dua jenis pembibitan yang umum di lakuakan,
yaitu pembibitan dan pembibitan kering. Namun, yang paling banya di gunakan
adalah pembibitan basah. Pemilihan benih
padi yang akan di bibitkan merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi
keberhasilan dalam proses budidaya. Benih padi yang akan di gunakan untuk
pembibitan adalah benih yang sudah bersertifikat. Uji kebernasan benih juga
sangat perlu dilakukan untuk menyeleksi benih yang harus di semai. Bibit yang
sudah siap untuk di tanam umunya yang sudah berumur 11 – 15 hst.
Bibit
yang sehat akan sangat menentukan hasil produksi yang di hasilkanya, sehingga
pemeliharan bibit di tempat persemaian perlu dilakukan. Agar bibit padi bebas
dari serangan hama dan penyakit. Pembersihan dari gulma juga sangat perlu
dilakukan agar bibit padi tidak bersaig dengan gulma.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan mutu benih
padi berdasar konsentrasi larutan uji.
2. Mengetahui cara pembibitan tanaman
padi menggunakan metode pembibitan basah.
BAB
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman padi
(Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di
Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat.
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan
pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus
utama dalam pembangunan pertanian. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan
meningkatan efisiensi pertanaman melalui pengaturan sistem tanam dan
mengefisienkan umur bibit di lahan persemaian (Anggraini, Dkk, 2013).
Penanaman padi
terlebih dahulu melalui tahap persemaian. Pada padi sawah, kondisi tanahnya
harus lembab dengan kadar air 30%, sedangkan untuk padi ladang tidak
membutuhkan air atau dalam kondisi kering. Tahap persemaian benih merupakan tahap
yang menentukan untuk kelangsungan hidup tanaman padi karena pada masa ini lah
terjadi masa–masa kritis dalam bercocok tanam padi. Akan tetapi pada saat
sekarang ini musim di Indonesia tidak dapat lagi diprediksi karena pengaruh
dari iklim global, sehingga bisa saja terjadi kemarau yang panjang atau musim
hujan yang terus-menerus di sepanjang bulan. Keadaan ini dapat mempersulit
petani dalam masa penyemaian benih (Handayani, 2013).
Benih merupakan
input yang penting dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih sangat berpengaruh
terhadap penampilan dan hasil tanaman. Benih
padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan
menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan
benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai
fase pertumbuhan. Benih padi yang baik
gunakan adalah benih yang unggul atau verietas unggul yang telah di
sertifikasi (Misniawati, Dkk, 2013).
Varietas unggul
merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan hasil
padi sawah. Varietas sebagai salah satu komponen produksi telah memberikan
sumbangan sebesar 56%, oleh karena itu salah satu titik tumpu utama peningkatan
produksi padi adalah perakitan dan perbaikan varietas unggul baru menyatakan
bahwa peningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan
varietas unggul baru (Chairuman, 2013)
Pemilahan benih
padi sebelum ditebar dapat dilakukan dengan perendaman benih ke dalam larutan
garam 3% atau direndam dalam larutan ZA (225 g ZA/l air), benih yang tenggelam
menunjukkan benih yang baik. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam,
kemudian diperam selama 24 jam. Perlakuan benih bertujuan untuk mencegah hama pada
stadia awal perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko
kehilangan hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih (Ishaq, 2009).
Bibit juga
merupakan salah satu komponen teknologi yang sangat berpengaruh. Bibit merupakan tumbuhan muda yang sangat
menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Salah satu upaya untuk
mencapai sasaran tersebut di atas adalah melalui program intensifikasi dengan
menerapkan teknologi produksi yang tepat serta penggunaan sarana produksi yang
efisien dan menguntungkan, diantaranya adalah teknologi pemakaian jumlah bibit
per rumpun (Misran, 2014).
Persemaian
merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau bagian tanaman
lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses
dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula,
tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila
diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas
dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik
persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pembuatan persemaian adalah sebagai berikut:
pemilihan lokasi persemaian meliputi luas persemaian, kebutuhan air, tenaga
kerja, bahan persemaian, benih bermutu, pelaksanaan persemaian termasuk tata
waktu penyelenggaraan persemaian dan pemeliharaan (Danu, 2012).
Persemaian benih
padi di lakukan dengan membuat lahan yang berair (macak – macak). Lua lahan
yang di gunakan sebagai tempat persemaian adalah 300-500 m2 untuk
setiap hektar pertanama. Tanah yang di gunakan sebagai tempat persemaian adalah
tanah yang sudah di olah secara sempurna, bersih dari rumput, belukar, sisa –
sisa tanaman, kayu, batu, atu lainya. Pemberia pupuk juga perlu di lakukan.
Takaran pupuk untuk setiap persegi persemaian : 10 gr urea + 10 gram TSP + 10
gr KCL (Suastika, Dkk. 1997).
Umur bibit
merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kemampuan pertumbuhan
bibit setelah dipindahkan ke lapangan. Keuntungan menggunakan bibit muda adalah
kemampuannya untuk tumbuh dan membentuk anakan masih tinggi dibandingkan dengan
bibit tua. Sebaliknya, bibit yang terlambat dipindahkan kemungkinan mengalami
stagnasi pertumbuhan dan mengurangi kesempatan tumbuhnya anakan, sehingga memperpanjang
waktu pemasakan dan menurunkan hasil. Keterlambatan memindahkan bibit juga
menyebabkan pertumbuhan vegetative dan generatif tidak seragam, sehingga pemasakan
dan panen tidak merata yang akibatnya umur tanaman dari benih mulai disebar
hingga panen makin panjang (Faozi, dan Wijonarko, 2010).
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum Pembibitan
Tanaman Padi dilakukan di UPT Agrotecnnopark Jubung, Desa Jubung Kabupaten
Jember pada hari, tanggal ; Sabtu, 14 Maret 2015. Pukul : 10.00 WIB - 12.00 WIB.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Timba
2. Timbangan
3. Alat tulis
4. Alat pendukung praktikum lainya.
3.2.1
Bahan
1. Benih Padi
2. Pupuk ZA
3. Jerami
4. Air
3.3
Cara Kerja
1. Menentukan Mutu Benih
a. Membuat larutan pupuk ZA dengan
melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air dalam timba, sampai mencapai volume
larutan dua kali volume benih yang akan diuji.
b. Memasukkan secara hati-hati benih
padi yang akan diuji ke dalam larutan sambil diaduk secara merata.
c. Ambil benih padi yang mengapung
kemudian timbang dan catat beratnya.
d. Membuang secara hati-hati larutan uji
sehingga yang tersisa tinggal benih padi yang tenggelam pada dasar timba.
Timbang dan catat beratnya.
e. Mencuci benih padi yang telah lolos
uji dengan air bersih, kemudian rendam benih padi yang telah dicuci dalam air
bersih selama 24 jam.
f. Meniriskan benih padi yang sudah
direndam dan benih padi siap untuk ditabur ke pesemaian.
2. Pembibitan Padi Secara Basah
a. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan
sawah yang subur sesuai dengan baku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran
bedengan pembibitan tinggi 20 cm lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau
menyesuaikan kondis lahan.
b. Menabur benih padi yang telah lolos
uji secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenang. Bila
dikhawatirkan masih ada hujan tutup permukaan media semai menggunakan potongan
jerami setebal satu lapisan.
BAB
IV. HASIL DAN PEMBAHSAN
4.1 Hasil
Tabel
1. Penentuan mutu benih padi.
Uraian
|
Hasil Pengamatan
|
Keterangan
|
Berat benih yang
mengapung
|
0.10
|
Benih yang di
baung
|
Beratbenih yang tenggelam
|
5.77
|
Benih yang di
pakai
|
Presentase benih baik
|
94,7 %
|
Benih dapat di
katakan bernas.
|
Tabel
2. Pembibitan tanaman padi.
Uraian
|
Hasil Pengamtan
|
Keterangan
|
Varietas
|
Sintanur SS.
|
Umumnya petani
mengenal dengan nama Pandan wangi (PW)
|
Tanggal Sebar
|
14 Maret 2015
|
Benih di sebar
secara merata
|
Tanggal Taman
|
04 April 2015
|
Pencabutan bibit
yang sudah siap
|
PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI
|
||
1.
|
Penyiapan benih
|
|
1.
|
1.
|
Tahap
Pekerjaan
v Memilih benih yang
berkualitas
v Menyeleksi Benih
v Merendam benih
salam 24 jam
v Memakai benih yang
terendam dan membuang benih yang mengapung
|
|
2.
|
Pengamatan
hasil
Dari pengamatan
penyiapan benih data yang dihasilkan benih yang bekualitas dan benih yang
siap disemai
|
|
3.
|
Keterangan
Dengan pemakaian benih yang berkualitas, akan
mendapatkan tanaman yang tumbuh normal dan lebih tahan penyakit.
|
2
|
Pembuatan
badengan Pembibitan
|
|
|
1.
|
Tahap
Pekerjaan
v Mengolah tanah
persemaian kurang lebih 3-7 hari sebelum menyebar benih
v Membuat bedengan
tempat persemaian
v Lahan persemaian
dibajak dan digaru dan selanjutnya membuat bedengan dengan tinggi 20cm,
lebar, 100cm dan panjang sesuai kondisi lahan
|
|
2.
|
Pengamatan
hasil
Dari hasil pengamatan
pembuatan bedengan pembbitan diperoleh yang siap untuk penyemaian benih
dengan tinggi 30cm dan lebar bedengan 120cm
|
|
3.
|
Keterangan
Bedengan pembibitan dengan tinggi 20cm dan lebar
120cm akan memudahkan pengamatannya. Selain itu, bedengan tersebut memudahkan
dalam drainase.
|
3.
|
Penyebaran
Benih
|
|
|
1.
|
Tahap
pekerjaan
|
|
|
v Menyiapkan alat
dan bahan
v Melakukan
penyebaran benih
v Pasang jerami sebagai naungan
|
|
2.
|
Pengamatan
Hasil
Dari hasil
pengamatan kegiatan penyebaran benih diperoleh data benih yang sudah tersebar
rata pada tanah tempat persemaian dan benih sudah siap untuk menumbuhkan
akar-akarnya pada media pembibitan
|
|
3.
|
Keterangan
Kegiatan penyebaran benih harus dirapatkan.
Kesalahan pembuatan benih akan mengakibatkan tidak meratanya kerapatan bibit
dibedengan sehingga pertumbuhan tidak seragam
|
4
|
Pemeliharaan
Pembbibitan
|
|
|
1.
|
Tahap
pekerjaan
v Memeriksa kondisi
air
v Mengamati
Organisme Pengganggu tanaman
v Memberikan pupuk
|
|
2.
|
Pengamatan
Hasil
Dari pengamatan kegiatan pemeliharaan pmbibitan diperoleh
data bibit yang sehat dan tumbuhnya seragam
|
|
3.
|
Keterangan
Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk menjaga
kondisi bibit agar tetap sehat dan mencegah terjadinya gangguan bibit
terutama hama dan penyakit
|
Tabel
4. Hasil Pengamatan OPT
Kelompok
|
Jumlah benih
berkecambah
|
Jumlah benih
tidak berkecambah
|
Jumlah benih
sakit
|
Penyebab
|
1
|
368
|
17
|
27
|
Klorosis,serangan hama yaitu belalang atau lalat
bibit.
|
2
|
|
|
|
Nematoda dan stagnasi.
|
3
|
594
|
89
|
59
|
Nekrosis dan benih
mengalami stagnasi.
|
4
|
504
|
20
|
17
|
Klorosis
|
5
|
284
|
|
|
Nekrosis dan klorosis
|
6
|
|
|
|
Nekrosis dan klorosis
|
7
|
1386
|
13
|
14
|
Terserang belalang dan jangkrik.
|
8
|
|
|
|
Stagnasi
dan hama laba-laba.
|
9
|
|
|
|
Klorosis,serangan hama yaitu belalang
atau lalat bibit.
|
4.2
PEMBAHASAN
Sebelum pembibitan perlu dilakukan pengujian
benih. Uji benih ini diperlukan untuk mendapatkan
benih unggul yang dapat tumbuh sempurna, tahan penyakit, dan dapat menghasilkan
produksi optimal. Benih yang ada selama ini beredar di pasar ternyata tidak
atau belum sepenuhnya melalui uji bernas, sehingga meskipun waktu disemai
benih-benih tersebut tumbuh tetapi tidak bisa menghasilkan produksi yang
optimal. Dari Tabel Pengujian benih dapat di simpulkan bahwa benih tersebut
adalah bernas, karena jumlah benih yang tenggelam lebih banyak di bandingkan
dengan jumlah benih yang terapung. Benih terapung adalah 5.77 gr, sedangkan
benih yang tenggelam adalah 0,10 gr. Presentasi kebernasan benihnya adalah 94.7
%. Benih yang tenggelam adalah benih yang di gunakan sebagai bahan tanam,
sedangkan beni yang terapung di buang.
Penyiapan
lahan untuk tempat penyemaian dilakukan
3 – 7 hari sebelum dilakukannya penyemaian benih. Pemilihan tempat
pembibitan akan sangat sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit padi. Tanah yang
sesuai untuk tempat pembibitan adalah tanah yang memiliki tekstur dan strutur
yang baik, daya ikat air yang kuat, dan kandungan unsure hara yang memadai.
Lahan persemaian harus dalam kondisi yang bersih dari rerumputan, sisa – sisa
tanaman, batu, atau sampah yang lain. Penggenangan lahan persemaian juga perlu
di lakukan untuk melunakan tanah, membunuh gulma, dan membunuh hama yang dapat
mengganggu pertumbuhan bibit. Pengukuran tempat pembenihan yang sesuai juga
perlu dilakuakan, ukuran yang umum untuk tempat pembibitan adalah dengan tinggi
antara 15 – 20 dan untuk luas persemaian berdasarkan ukuran luas lahan, yaitu
1/20 dari luas lahan sawah yang akan ditanami. Setelah mengukur tempat
persemaian, tanah di cingkul agar menjadi agar tanah menjadi halus dan rata,
serta tanah dalam kondisi macak – macak (kapasitas lapang).
Pada kegiatan budidaya padi perlu dilakukan penyemaian benih atau
pembibitan. Pelaksanaan
pembibitan perlu dilakukan dalam pelaksanaan budidaya padi kerena bibit dapat
menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sehingga proses
pelaksanaannya harus sangat diperhatikan. Kegiatan pembibitan memiliki tujuan
antara lain mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam dan bibit/tanaman yang
tahan terhadap serangan hama/penyakit, serta untuk mempermudah
pada saat penanaman benih di lahan sawah. Dalam pelaksanaan penyebaran benih harus secara bersamaan agar
mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan tumbuhnya secara bersamaan untuk
memudahkan proses kegiatan pemindahan bibit dari tempat pesemaian atau pembibitan ke tempat penanaman selain itu,
Pertumbuhan bibit yang seragam memudahkan kegiatan pencabutan karena semua bibit tumbuh secara seragam
sehingga petani dapat mudah untuk memilih bibit yang akan dicabut dan
mengurangi resiko kerugian akibat pertumbuhan bibit yang tidak seragam. Bibit
yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit yaitu diperoleh dari pemakaian bibit
yang berkualitas dan unggul seperti benih yang bersertifikat.
Penyebaran benih pada lahan
persemaian harus di lakukan untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang serempak.
Penyebaran benih padi di lakukan menggunakan tenaga manusia, yaitu dengan cara
di sebar secara merata di atas tempat pembibitan. Penyebaran benih perlu di
perhatikan karena jika terjadi kesalahan dalam penebaran benih akan sangat
berdampak terhadap kemerataan benih pada lahan persemaian. Setelah dilakukan
penyebaran dilkukan penutupan dengan menggunakan jerami. Penutupan jerami
berguna untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan benturan dengan air
hujan.
Faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pembibitan tanaman padi yaitu penggunaan varietas atau mutu
benih. Benih yang bermutu akan tumbuh cepat, seragam, tahan terhadap serangan hama
dan penyakit serta memiliki daya kecambah yang tinggi. Lokasi persemaian, Faktor
lain yang menentukan keberhasilan pembibitan yaitu lokasi persemaian. Lokasi
persemaian harus diperhatikan karena berhubungan dengan penggunaan sumber air, serangan
hama dan penyakit tanaman yang menyerang
benih atau bibit, jarak dengan lokasi penanaman, dan dekat dengan tempat
pengawasan. Selain itu faktor yang menentukan adalah cara yang dilakukan pada
pembibitan dan Kesuburan tanah karena bibit merupakan calon individu baru yang
masih membutuhkan banyak nutrisi untuk proses perkembangannya sehingga tanah
yang digunakan untuk melakukukan pembibitan harus subur untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara pada tanaman. Jerami merupakan bagian sisa
pada tanaman padi yang telah di panen.
Pemeliharaan benih padi merupakan faktor
yang mempengaruhi hasil produktifitas padi, apabila bibit padi tidak terawat
akan berdampak kedepannya terhadap hasil produksi padi sendiri. Hal yang paling
utama dalam pemeliharaan padi yaitu menjaga kecukupan air dan mencegah terjadinya
kerusakan bibit padi oleh hama maupun penyakit. Kecukupan air harus disesuaikan
dengan metode persemaiannya. Persemaian basah kondisi air cukup jenuh,
sedangkan persemaian basah kondisi air pada kapasitas lapang. Hal yang perlu
diperhatikan juga yaitu organisme pengganggu tanaman (OPT). Organisme
pengganggu tanaman yang biasa menyerang pada proses pembibitan yaitu hama.
Terjadinya masalah seperti ini harus ada pengawasan yang intensif guna mencegah
sedini mungkin terjadinya kerusakan akibat hama. Menurut Auliaturridha
(2012), pemeliharaan bibit perlu dilakukan agar bibit tanaman terkontrol dalam
hal kebutuhan air ataupun dari serangan hama dan penyakit. Keadaan yang kering
atau kekurang air akan mengakibatkan bibit menjadi tercekam dan tidak dapat tumbuh
secara optimal.
Jerami meiliki fungsi untuk
di gunakan sebagai naungan alami pada persemaian benih padi. Bibit yang muda
masih rentan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menentu, misalkan pada saat
hujan deras, air hujan akan langsung menghantam bibit dan dapat merusak bibit
tersebut. Intensitas cahaya matahari juga sangat mempengaruhi pertumbuhan
bibit. Naungan di gunakan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang
terlalau tinggi, sehingga untuk bibit yang baru beradapatasi dengan lingkungan
sangat perlu di berikan naungan. Selain sebagai naungan jerami juga dapat di
gunakan sebagai pupuk alami.
Macam-macam hama yang menyerang padi
pada fase penyemaian yaitu hama belalang, lalat bibit, laba - laba dan
jangkrik. Hama – hama tersebut memakan bagian pada bibit tanaman padi, sehingga
mengakibatkan pertumbuhan bibit menjadi terganggu dan bahkan akan mematikan
bibit. Nematode juga menyerang bibit padi, umumnya nematode menyerang pada
bagian akar tamanan, sehingga suplai unsure hara dan air ke tubuh tanaman
menjadi tidak sempurna. Penyakit yang
menyerang bibit padi umumnya adalah klorosis, gejala yang di timbulkan adalah
daun bibit menjadi kuning dan pertumbuhannya lambat.
Pengamatan organism pengganggu
tanaman perlu di lakukan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit yang
menyerang bibit padi tersebut. Hal ini akan mempermudah dalam pengendalian hama
dan penyakit tersebut. Umumnya bibit yang terserang hama dan penyakit akan
langsung cabut dan di buang. Kegiatan pngamatan OPT juga dapat di lakukan untuk
meneliti ketahan varietas terhadap serangan hama dan penyakit.
Metode kuadran memilki
kegunaan yaitu seperti penggunaan sampel yang mewakili populasi. Perhitungan
dengan menggunakan sampel lebih mudah dari pada menghitung seluruh populasi
yang ada. Pengumpulan sampel dapat dilakukan lebih akurat dan dapat
mewakili seluruh populasi yang ada dilahan, karena pemilihan sampel dilakukan
secara acak dan dilakukan pengulangan hingga beberapa kali serta dan tempat
berbeda sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi sebenarnya. Ukuran
petak kuadran yang di gunakan adalah 50 cm x 50 cm. Cara kerja metode kuadran
adalah dengan cara meletakan petak kuadran pada lahan pembibitan, kemudian
kegiatan yang di lakukan adalah menghitung jumlah total bibit dalam kotak
kuadran, jumlah benih yang tidak berkecambah, dan benih yang sakit.
BAB V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1. Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang
umumnya ditanam dengan menggunakan bahan tanam berupa bibit. Dalam proses
pembibitan terdapat beberapa tahapan yang harus di lakukan, yaitu penyeiapan
benih, penyiapan media semai, dan melakukan penaburan benih pada lahan semai.
2. Penyiapan lahan untuk tempat
penyemaian dilakukan 3 – 7 hari sebelum
dilakukannya penyemaian benih. Pemilihan tempat pembibitan akan sangat sangat
mempengaruhi pertumbuhan bibit padi.
3. Faktor-faktor yang menentukan
keberhasilan dalam pembibitan tanaman padi yaitu penggunaan varietas atau mutu
benih, lokasi pembibitan, pemeliharaan bibit dan teknik pembibitan.
5.1 Saran
1. Sebaiknya peralatan untuk praktikum di sediakan
lebih banyak, agar setiap kelompok atau golongan dapat mempraktikan secara
menyeluruh.
2. Tempat untuk pemberian materi atau mengerjakan
lembar laporan di sediakan tempat yang teduh, agar mahasiswa dapat lebih
konsentrasi terhadap materi yang di berikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggraini
F, A. Suryanto, N. Aini. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi
Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas
Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman. 1(2):
52 – 60.
Auliaturridha,
W.D., Dkk. 2012. Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa
Penggalaman Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Pedesaan. 2(1): 11 – 23.
Chairuman,
N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Berbasis
Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Di Dataran Tinggi Tapanuli Utara Provinsi
Sumatera Utara. Jurnal Online Peertanian
Tropik Pasca Sarjana FP USU. 1 (1) : 47 – 54.
Danu, Rina Kurniaty. 2012. Teknik Persemaian. Bogor: Tanaman
Hutan
Faozi,
K. dan B.R. Wijonarko. 2010. Tanggap Tanaman Padi Sawah Dari Berbagai Umur
Bibit Terhadap Pemupukan Nitrogen. Agronomia.
10(1) : 32-42
Handayani,
F., Dkk. 2013. Studi Perkembangan Aerenkim Akar Padi Sawah dan Padi Ladang pada
Tahap Persemaian dengan Perlakuan Perendaman. Jurnal Biologi UA. 2(2):145-152.
Ishaq,
I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran
Benih Padi. Lembang: BPTP JABAR.
Miniaswati,
A. Dkk. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu
Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
Manasir. 1(1): 51-59.
Misran.
2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi
Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian. 14(1):
39-43.
Suasti,
I.W., Dkk. 1997. Budi Daya Padi Sawah di
Lahan Pasang Surut. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar