Rabu, 07 Oktober 2015

Pembibitan Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian dalam bidang pertanian. Sumber daya alam yang sangat melimpah, sehingga sangat memungkinkan untuk terus di tingkatkan. Ketahan pangan di Indonesia sangat perlu di tingkatkan, melihat kondisi penduduk Indonesia yang terus meningkat dan luas lahan pertanian yang terus berkurang karena di pergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan pangan yang terus meningkat harus di imbangi dengan jumlah bahan pangan yang ada, sehingga tidak perlu adanya impor bahan pangan dari negara lain. 
Pertanian merupakan sektor utama yang perlu di tingatkan.Peningkatan tersebut harus di ikuti dengan implementasi teknologi kepada para petani agar dalam proses budidayanya akan lebih maksimal. Peran pemerintah dalam membantu para petani di Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap petani. Dengan adanya pengarahan dari para penyuluh kepada setiap petani yang dapat merubah pola pikir serta dapat menerapkan teknologi – teknologi baru dalam suatu proses budidayanya, pasti akan dapat meningatakan produksi bahan pangan di Indonesia.
Tanaman padi merupakan tanaman pangan utama di Indonesia, meskipun ada tanaman pangan yang lai n namun padi sudah menjadi bahan pangan pokok setiap penduduk Indonesia. Dalam pembudidayaan padi ada beberapa tahapan yang harus di lakukan dengan baik untuk mendapatakan hasil yang sempurna. Tahapan budidaya tersebut diantarnya adalah pembibitan, pengolahan lahan, penanaman, perwatan, dan pemanenan. Pembibitan merupakan tahap awal dalam budidaya tanaman padi. Kesalahan dalam penggunaan bibit akan membawa implikasi terhadap ketidak seragaman pertumbuhan tanaman, yang akhirnya akan berdampak terhadap penurunan kualitas dan hasil panen yang diperoleh. Ada dua jenis pembibitan yang umum di lakuakan, yaitu pembibitan dan pembibitan kering. Namun, yang paling banya di gunakan adalah pembibitan basah.  Pemilihan benih padi yang akan di bibitkan merupakan suatu hal yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam proses budidaya. Benih padi yang akan di gunakan untuk pembibitan adalah benih yang sudah bersertifikat. Uji kebernasan benih juga sangat perlu dilakukan untuk menyeleksi benih yang harus di semai. Bibit yang sudah siap untuk di tanam umunya yang sudah berumur 11 – 15 hst.
Bibit yang sehat akan sangat menentukan hasil produksi yang di hasilkanya, sehingga pemeliharan bibit di tempat persemaian perlu dilakukan. Agar bibit padi bebas dari serangan hama dan penyakit. Pembersihan dari gulma juga sangat perlu dilakukan agar bibit padi tidak bersaig dengan gulma.

1.2  Tujuan
1. Mengetahui cara menentukan mutu benih padi berdasar konsentrasi larutan uji.
2. Mengetahui cara pembibitan tanaman padi menggunakan metode pembibitan basah.















BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting yang telah menjadi makanan  pokok lebih dari setengah penduduk dunia. Di Indonesia, padi merupakan komoditas utama dalam menyokong pangan masyarakat. Indonesia sebagai negara dengan  jumlah  penduduk yang besar  menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman melalui pengaturan sistem tanam dan mengefisienkan umur bibit di lahan persemaian (Anggraini, Dkk, 2013).
Penanaman padi terlebih dahulu melalui tahap persemaian. Pada padi sawah, kondisi tanahnya harus lembab dengan kadar air 30%, sedangkan untuk padi ladang tidak membutuhkan air atau dalam kondisi kering. Tahap persemaian benih merupakan tahap yang menentukan untuk kelangsungan hidup tanaman padi karena pada masa ini lah terjadi masa–masa kritis dalam bercocok tanam padi. Akan tetapi pada saat sekarang ini musim di Indonesia tidak dapat lagi diprediksi karena pengaruh dari iklim global, sehingga bisa saja terjadi kemarau yang panjang atau musim hujan yang terus-menerus di sepanjang bulan. Keadaan ini dapat mempersulit petani dalam masa penyemaian benih (Handayani, 2013).
Benih merupakan input yang penting dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih sangat berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman.  Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan dalam proses perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan, pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan. Benih padi yang baik  gunakan adalah benih yang unggul atau verietas unggul yang telah di sertifikasi (Misniawati, Dkk, 2013).
Varietas unggul merupakan salah satu teknologi yang berperan penting dalam peningkatan hasil padi sawah. Varietas sebagai salah satu komponen produksi telah memberikan sumbangan sebesar 56%, oleh karena itu salah satu titik tumpu utama peningkatan produksi padi adalah perakitan dan perbaikan varietas unggul baru menyatakan bahwa peningkatan produktivitas padi dapat diupayakan melalui penggunaan varietas unggul baru (Chairuman, 2013)
Pemilahan benih padi sebelum ditebar dapat dilakukan dengan perendaman benih ke dalam larutan garam 3% atau direndam dalam larutan ZA (225 g ZA/l air), benih yang tenggelam menunjukkan benih yang baik. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam, kemudian diperam selama 24 jam. Perlakuan benih bertujuan untuk mencegah hama pada stadia awal perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar, memperkecil resiko kehilangan hasil, memelihara dan memperbaiki kualitas benih (Ishaq, 2009).
Bibit juga merupakan salah satu komponen teknologi yang sangat berpengaruh.  Bibit merupakan tumbuhan muda yang sangat menentukan untuk pertumbuhan tanaman selanjutnya. Salah satu upaya untuk mencapai sasaran tersebut di atas adalah melalui program intensifikasi dengan menerapkan teknologi produksi yang tepat serta penggunaan sarana produksi yang efisien dan menguntungkan, diantaranya adalah teknologi pemakaian jumlah bibit per rumpun (Misran, 2014).
Persemaian merupakan tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih atau bagian tanaman lain menjadi bibit siap ditanam ke lapangan. Benih yang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula, tetapi benih yang baik akan menghasilkan bibit yang kurang baik apabila diproses dengan teknik persemaian yang tidak sesuai. Bibit yang berkualitas dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu akan diperoleh apabila teknik persemaian yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang sudah baku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan persemaian adalah sebagai berikut: pemilihan lokasi persemaian meliputi luas persemaian, kebutuhan air, tenaga kerja, bahan persemaian, benih bermutu, pelaksanaan persemaian termasuk tata waktu penyelenggaraan persemaian dan pemeliharaan (Danu, 2012).

Persemaian benih padi di lakukan dengan membuat lahan yang berair (macak – macak). Lua lahan yang di gunakan sebagai tempat persemaian adalah 300-500 m2 untuk setiap hektar pertanama. Tanah yang di gunakan sebagai tempat persemaian adalah tanah yang sudah di olah secara sempurna, bersih dari rumput, belukar, sisa – sisa tanaman, kayu, batu, atu lainya. Pemberia pupuk juga perlu di lakukan. Takaran pupuk untuk setiap persegi persemaian : 10 gr urea + 10 gram TSP + 10 gr KCL (Suastika, Dkk. 1997). 
Umur bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas dan kemampuan pertumbuhan bibit setelah dipindahkan ke lapangan. Keuntungan menggunakan bibit muda adalah kemampuannya untuk tumbuh dan membentuk anakan masih tinggi dibandingkan dengan bibit tua. Sebaliknya, bibit yang terlambat dipindahkan kemungkinan mengalami stagnasi pertumbuhan dan mengurangi kesempatan tumbuhnya anakan, sehingga memperpanjang waktu pemasakan dan menurunkan hasil. Keterlambatan memindahkan bibit juga menyebabkan pertumbuhan vegetative dan generatif tidak seragam, sehingga pemasakan dan panen tidak merata yang akibatnya umur tanaman dari benih mulai disebar hingga panen makin panjang (Faozi, dan Wijonarko, 2010).











BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Pembibitan Tanaman Padi dilakukan di UPT Agrotecnnopark Jubung, Desa Jubung Kabupaten Jember pada hari, tanggal ; Sabtu, 14 Maret 2015. Pukul : 10.00 WIB - 12.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Timba
2. Timbangan
3. Alat tulis
4. Alat pendukung praktikum lainya.

3.2.1 Bahan
1. Benih Padi
2. Pupuk ZA
3. Jerami
4. Air

3.3 Cara Kerja
1. Menentukan Mutu Benih
a. Membuat larutan pupuk ZA dengan melarutkan 225 g ZA dalam setiap liter air dalam timba, sampai mencapai volume larutan dua kali volume benih yang akan diuji.
b. Memasukkan secara hati-hati benih padi yang akan diuji ke dalam larutan sambil diaduk secara merata.
c. Ambil benih padi yang mengapung kemudian timbang dan catat beratnya.
d. Membuang secara hati-hati larutan uji sehingga yang tersisa tinggal benih padi yang tenggelam pada dasar timba. Timbang dan catat beratnya.
e. Mencuci benih padi yang telah lolos uji dengan air bersih, kemudian rendam benih padi yang telah dicuci dalam air bersih selama 24 jam.
f. Meniriskan benih padi yang sudah direndam dan benih padi siap untuk ditabur ke pesemaian.
2. Pembibitan Padi Secara Basah
a. Menyiapkan tempat pembibitan dilahan sawah yang subur sesuai dengan baku teknis yang telah ditetapkan. Ukuran bedengan pembibitan tinggi 20 cm lebar 120 cm dan panjang 1000 cm atau menyesuaikan kondis lahan.
b. Menabur benih padi yang telah lolos uji secara merata pada media semai yang basah tetapi tidak menggenang. Bila dikhawatirkan masih ada hujan tutup permukaan media semai menggunakan potongan jerami setebal satu lapisan.
















BAB IV. HASIL DAN PEMBAHSAN

4.1 Hasil
  Tabel 1. Penentuan mutu benih padi.
Uraian
Hasil Pengamatan
Keterangan
Berat benih yang mengapung
0.10
Benih yang di baung
Beratbenih yang tenggelam
5.77
Benih yang di pakai
Presentase benih baik
94,7 %
Benih dapat di katakan bernas.

  Tabel 2. Pembibitan tanaman padi.
Uraian
Hasil Pengamtan
Keterangan
Varietas
Sintanur SS.
Umumnya petani mengenal dengan nama Pandan wangi (PW)
Tanggal Sebar
14 Maret 2015
Benih di sebar secara merata
Tanggal Taman
04 April 2015
Pencabutan bibit yang sudah siap

PEKERJAAN PEMBIBITAN TANAMAN PADI
1.
Penyiapan benih
1.
1.
Tahap Pekerjaan
v  Memilih benih yang berkualitas
v  Menyeleksi Benih
v  Merendam benih salam 24 jam
v  Memakai benih yang terendam dan membuang benih yang mengapung



2.
Pengamatan hasil
Dari pengamatan penyiapan benih data yang dihasilkan benih yang bekualitas dan benih yang siap disemai

3.
Keterangan
Dengan pemakaian benih yang berkualitas, akan mendapatkan tanaman yang tumbuh normal dan lebih tahan penyakit.
2
Pembuatan badengan Pembibitan

1.
Tahap Pekerjaan
v Mengolah tanah persemaian kurang lebih 3-7 hari sebelum menyebar benih
v Membuat bedengan tempat persemaian
v Lahan persemaian dibajak dan digaru dan selanjutnya membuat bedengan dengan tinggi 20cm, lebar, 100cm dan panjang sesuai kondisi lahan

2.
Pengamatan hasil
Dari hasil pengamatan pembuatan bedengan pembbitan diperoleh yang siap untuk penyemaian benih dengan tinggi 30cm dan lebar bedengan 120cm

3.
Keterangan
Bedengan pembibitan dengan tinggi 20cm dan lebar 120cm akan memudahkan pengamatannya. Selain itu, bedengan tersebut memudahkan dalam drainase.
3.
Penyebaran Benih

1.
Tahap pekerjaan


v Menyiapkan alat dan bahan
v Melakukan penyebaran benih
v Pasang jerami sebagai naungan


2.
Pengamatan Hasil
Dari hasil pengamatan kegiatan penyebaran benih diperoleh data benih yang sudah tersebar rata pada tanah tempat persemaian dan benih sudah siap untuk menumbuhkan akar-akarnya pada media pembibitan

3.
Keterangan
Kegiatan penyebaran benih harus dirapatkan. Kesalahan pembuatan benih akan mengakibatkan tidak meratanya kerapatan bibit dibedengan sehingga pertumbuhan tidak seragam
4
Pemeliharaan Pembbibitan

1.
Tahap pekerjaan
v Memeriksa kondisi air
v Mengamati Organisme Pengganggu tanaman
v Memberikan pupuk

2.
Pengamatan Hasil
Dari pengamatan kegiatan pemeliharaan pmbibitan diperoleh data bibit yang sehat dan tumbuhnya seragam

3.
Keterangan
Kegiatan pemeliharaan bertujuan untuk menjaga kondisi bibit agar tetap sehat dan mencegah terjadinya gangguan bibit terutama hama dan penyakit


Tabel 4. Hasil Pengamatan OPT
Kelompok
Jumlah benih berkecambah
Jumlah benih tidak berkecambah
Jumlah benih sakit
Penyebab
1
368
17
%
27
Klorosis,serangan hama yaitu belalang atau lalat bibit.
2



Nematoda dan stagnasi.
3
594
89
 

59
Nekrosis dan benih mengalami stagnasi.
4
504
20
17
Klorosis
5
284


Nekrosis dan klorosis
6

Nekrosis dan klorosis
7
1386
13
14
Terserang belalang dan jangkrik.
8



Stagnasi dan hama laba-laba.
9



Klorosis,serangan hama yaitu belalang atau lalat bibit.



4.2 PEMBAHASAN
Sebelum pembibitan perlu dilakukan pengujian benih. Uji benih ini diperlukan untuk mendapatkan benih unggul yang dapat tumbuh sempurna, tahan penyakit, dan dapat menghasilkan produksi optimal. Benih yang ada selama ini beredar di pasar ternyata tidak atau belum sepenuhnya melalui uji bernas, sehingga meskipun waktu disemai benih-benih tersebut tumbuh tetapi tidak bisa menghasilkan produksi yang optimal. Dari Tabel Pengujian benih dapat di simpulkan bahwa benih tersebut adalah bernas, karena jumlah benih yang tenggelam lebih banyak di bandingkan dengan jumlah benih yang terapung. Benih terapung adalah 5.77 gr, sedangkan benih yang tenggelam adalah 0,10 gr. Presentasi kebernasan benihnya adalah 94.7 %. Benih yang tenggelam adalah benih yang di gunakan sebagai bahan tanam, sedangkan beni yang terapung di buang.
            Penyiapan lahan untuk tempat penyemaian dilakukan  3 – 7 hari sebelum dilakukannya penyemaian benih. Pemilihan tempat pembibitan akan sangat sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit padi. Tanah yang sesuai untuk tempat pembibitan adalah tanah yang memiliki tekstur dan strutur yang baik, daya ikat air yang kuat, dan kandungan unsure hara yang memadai. Lahan persemaian harus dalam kondisi yang bersih dari rerumputan, sisa – sisa tanaman, batu, atau sampah yang lain. Penggenangan lahan persemaian juga perlu di lakukan untuk melunakan tanah, membunuh gulma, dan membunuh hama yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit. Pengukuran tempat pembenihan yang sesuai juga perlu dilakuakan, ukuran yang umum untuk tempat pembibitan adalah dengan tinggi antara 15 – 20 dan untuk luas persemaian berdasarkan ukuran luas lahan, yaitu 1/20 dari luas lahan sawah yang akan ditanami. Setelah mengukur tempat persemaian, tanah di cingkul agar menjadi agar tanah menjadi halus dan rata, serta tanah dalam kondisi macak – macak (kapasitas lapang).
Pada kegiatan budidaya padi perlu dilakukan penyemaian benih atau pembibitan. Pelaksanaan pembibitan perlu dilakukan dalam pelaksanaan budidaya padi kerena bibit dapat menentukan pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi sehingga proses pelaksanaannya harus sangat diperhatikan. Kegiatan pembibitan memiliki tujuan antara lain mendapatkan pertumbuhan tanaman yang seragam dan bibit/tanaman yang tahan terhadap serangan hama/penyakit, serta untuk mempermudah pada saat penanaman benih di lahan sawah. Dalam pelaksanaan penyebaran benih harus secara bersamaan agar mendapatkan pertumbuhan yang seragam dan tumbuhnya secara bersamaan untuk memudahkan proses kegiatan pemindahan bibit dari tempat pesemaian atau pembibitan ke tempat penanaman selain itu, Pertumbuhan bibit yang seragam memudahkan kegiatan pencabutan karena semua bibit tumbuh secara seragam sehingga petani dapat mudah untuk memilih bibit yang akan dicabut dan mengurangi resiko kerugian akibat pertumbuhan bibit yang tidak seragam. Bibit yang tahan  terhadap serangan hama dan penyakit yaitu diperoleh dari pemakaian bibit yang berkualitas dan unggul seperti benih yang bersertifikat.
Penyebaran benih pada lahan persemaian harus di lakukan untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang serempak. Penyebaran benih padi di lakukan menggunakan tenaga manusia, yaitu dengan cara di sebar secara merata di atas tempat pembibitan. Penyebaran benih perlu di perhatikan karena jika terjadi kesalahan dalam penebaran benih akan sangat berdampak terhadap kemerataan benih pada lahan persemaian. Setelah dilakukan penyebaran dilkukan penutupan dengan menggunakan jerami. Penutupan jerami berguna untuk mengurangi intensitas cahaya matahari dan benturan dengan air hujan.
Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dalam pembibitan tanaman padi yaitu penggunaan varietas atau mutu benih. Benih yang bermutu akan tumbuh cepat, seragam, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta memiliki daya kecambah yang tinggi. Lokasi persemaian, Faktor lain yang menentukan keberhasilan pembibitan yaitu lokasi persemaian. Lokasi persemaian harus diperhatikan karena berhubungan dengan penggunaan sumber air, serangan  hama dan penyakit tanaman yang menyerang benih atau bibit, jarak dengan lokasi penanaman, dan dekat dengan tempat pengawasan. Selain itu faktor yang menentukan adalah cara yang dilakukan pada pembibitan dan Kesuburan tanah karena bibit merupakan calon individu baru yang masih membutuhkan banyak nutrisi untuk proses perkembangannya sehingga tanah yang digunakan untuk melakukukan pembibitan harus subur untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada tanaman. Jerami merupakan bagian sisa pada tanaman padi yang telah di panen.
Pemeliharaan benih padi merupakan faktor yang mempengaruhi hasil produktifitas padi, apabila bibit padi tidak terawat akan berdampak kedepannya terhadap hasil produksi padi sendiri. Hal yang paling utama dalam pemeliharaan padi yaitu menjaga kecukupan air dan mencegah terjadinya kerusakan bibit padi oleh hama maupun penyakit. Kecukupan air harus disesuaikan dengan metode persemaiannya. Persemaian basah kondisi air cukup jenuh, sedangkan persemaian basah kondisi air pada kapasitas lapang. Hal yang perlu diperhatikan juga yaitu organisme pengganggu tanaman (OPT). Organisme pengganggu tanaman yang biasa menyerang pada proses pembibitan yaitu hama. Terjadinya masalah seperti ini harus ada pengawasan yang intensif guna mencegah sedini mungkin terjadinya kerusakan akibat hama. Menurut Auliaturridha (2012), pemeliharaan bibit perlu dilakukan agar bibit tanaman terkontrol dalam hal kebutuhan air ataupun dari serangan hama dan penyakit. Keadaan yang kering atau kekurang air akan mengakibatkan bibit menjadi tercekam dan tidak dapat tumbuh secara optimal. 
Jerami meiliki fungsi untuk di gunakan sebagai naungan alami pada persemaian benih padi. Bibit yang muda masih rentan terhadap kondisi lingkungan yang tidak menentu, misalkan pada saat hujan deras, air hujan akan langsung menghantam bibit dan dapat merusak bibit tersebut. Intensitas cahaya matahari juga sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit. Naungan di gunakan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang terlalau tinggi, sehingga untuk bibit yang baru beradapatasi dengan lingkungan sangat perlu di berikan naungan. Selain sebagai naungan jerami juga dapat di gunakan sebagai pupuk alami.
Macam-macam hama yang menyerang padi pada fase penyemaian yaitu hama belalang, lalat bibit, laba - laba dan jangkrik. Hama – hama tersebut memakan bagian pada bibit tanaman padi, sehingga mengakibatkan pertumbuhan bibit menjadi terganggu dan bahkan akan mematikan bibit. Nematode juga menyerang bibit padi, umumnya nematode menyerang pada bagian akar tamanan, sehingga suplai unsure hara dan air ke tubuh tanaman menjadi  tidak sempurna. Penyakit yang menyerang bibit padi umumnya adalah klorosis, gejala yang di timbulkan adalah daun bibit menjadi kuning dan pertumbuhannya lambat.
Pengamatan organism pengganggu tanaman perlu di lakukan untuk mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyerang bibit padi tersebut. Hal ini akan mempermudah dalam pengendalian hama dan penyakit tersebut. Umumnya bibit yang terserang hama dan penyakit akan langsung cabut dan di buang. Kegiatan pngamatan OPT juga dapat di lakukan untuk meneliti ketahan varietas terhadap serangan hama dan penyakit.
Metode kuadran memilki kegunaan yaitu seperti penggunaan sampel yang mewakili populasi. Perhitungan dengan menggunakan sampel lebih mudah dari pada menghitung seluruh populasi yang ada. Pengumpulan sampel dapat dilakukan lebih akurat dan dapat mewakili seluruh populasi yang ada dilahan, karena pemilihan sampel dilakukan secara acak dan dilakukan pengulangan hingga beberapa kali serta dan tempat berbeda sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi sebenarnya. Ukuran petak kuadran yang di gunakan adalah 50 cm x 50 cm. Cara kerja metode kuadran adalah dengan cara meletakan petak kuadran pada lahan pembibitan, kemudian kegiatan yang di lakukan adalah menghitung jumlah total bibit dalam kotak kuadran, jumlah benih yang tidak berkecambah, dan benih yang sakit.







BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Padi merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang umumnya ditanam dengan menggunakan bahan tanam berupa bibit. Dalam proses pembibitan terdapat beberapa tahapan yang harus di lakukan, yaitu penyeiapan benih, penyiapan media semai, dan melakukan penaburan benih pada lahan semai.
2. Penyiapan lahan untuk tempat penyemaian dilakukan  3 – 7 hari sebelum dilakukannya penyemaian benih. Pemilihan tempat pembibitan akan sangat sangat mempengaruhi pertumbuhan bibit padi.
3. Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dalam pembibitan tanaman padi yaitu penggunaan varietas atau mutu benih, lokasi pembibitan, pemeliharaan bibit dan teknik pembibitan.

5.1 Saran
1. Sebaiknya peralatan untuk praktikum di sediakan lebih banyak, agar setiap kelompok atau golongan dapat mempraktikan secara menyeluruh.
2. Tempat untuk pemberian materi atau mengerjakan lembar laporan di sediakan tempat yang teduh, agar mahasiswa dapat lebih konsentrasi terhadap materi yang di berikan. 









DAFTAR PUSTAKA

Anggraini F, A. Suryanto, N. Aini. 2013. Sistem Tanam Dan Umur Bibit Pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman. 1(2): 52 – 60.
Auliaturridha, W.D., Dkk. 2012. Analisis Finansial Usaha Penangkaran Benih Padi Unggul di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat Kabupaten Banjar. Jurnal Agribisnis Pedesaan. 2(1): 11 – 23.

Chairuman, N. 2013. Kajian Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Berbasis Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Di Dataran Tinggi Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Online Peertanian Tropik Pasca Sarjana FP USU. 1 (1) : 47 – 54.
Danu, Rina Kurniaty. 2012. Teknik Persemaian. Bogor: Tanaman Hutan
Faozi, K. dan B.R. Wijonarko. 2010. Tanggap Tanaman Padi Sawah Dari Berbagai Umur Bibit Terhadap Pemupukan Nitrogen. Agronomia. 10(1) : 32-42
Handayani, F., Dkk. 2013. Studi Perkembangan Aerenkim Akar Padi Sawah dan Padi Ladang pada Tahap Persemaian dengan Perlakuan Perendaman. Jurnal Biologi UA. 2(2):145-152.
Ishaq, I. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Lembang: BPTP JABAR.
Miniaswati, A. Dkk. 2013. Identifikasi Cendawan Terbawa pada Benih Padi Lokal Aromatik Pulu Mandoti, Pulu Pinjan, dan Pare Lambau asal Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Manasir. 1(1): 51-59.
Misran. 2014. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian. 14(1): 39-43.

Suasti, I.W., Dkk. 1997. Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar